aptopril
adalah obat ACE inhibitor / penghambat ACE yang pertama ditemukan.
Sejak itu telah dikembangkan banyak obat ACE inhibitor lain, dan obat
ACE inhibitor yang telah resmi beredar di Indonesia adalah benazepril,
cilazapril, dellapril, enalapril, fosinopril, imidapril, kuinapril,
lisinopril, perindopril, ramipril dan trandolapril.
Secara umum obat ACE inhibitor dapat dibedakan atas :
- Obat ACE inhibitor yang bekerja langsung yaitu ; kaptopril dan lisinopril
- Obat ACE inhibitor yang bekerja tidak langsung (merupakan prodrug) yaitu semua yang lain.
Gambar. Cara Kerja ACE Inhibitor
Obat ACE inhibitor efektif untuk hipertensi yang ringan, sedang maupun berat.
Sebagai
monoterapi, obat ACE inhibitor sama efektivitasnya dengan golongan
antihipertensi lainnya. Obat ACE inhibitor efektif sebagai
antihipertensi pada sekitar 70% penderita.
Penurunan
tekanan darah sekitar 10/5 sampai 15/12 mm HG. Besarnya penurunan
tekanan darah ini sebanding dengan tingginya tekanan darah sebelum
pengobatan.
Obat
ACE inhibitor terutama efektif pada hipertensi dengan PRA (aktivitas
renin plasma) yang tinggi, yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna dan
hipertensi renovaskuler, dan pada kira-kira 1/5 populasi hipertensi
esensial, tetapi obat ini juga efektif pada hipertensi dengan aktivitas
renin plasma (PRA) yang normal dan yang rendah, karena
itu penentuan aktivitas renin plasma (PRA) tidak berguna untuk
individualisasi terapi.
hipertensi
maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati,
akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.
Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Obat ini efektif diberikan kepada:
- orang kulit putih
- usia muda
- penderita gagal jantung
- penderita
dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan
oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
- pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
Pada hipertensi berat, obat ACE inhibitor dapat ditambahkan sebagai obat ke tiga pada kombinasi obat diuretik dan beta bloker.
Kombinasi
dengan obat diuretik memberikan efek antihipertensi yang sinergistik
(kira-kira 85% penderita tekanan darahnya terkendali
dengan kombinasi ini), sedangkan efek hipokalemiadiuretik dicegah atau
dikurangi.
Kombinasi dengan obat beta bloker memberikan efek yang aditif/memperkuat.
Kombinasi
dengan vasodilator , termasuk prazosin dan nifedipin, memberikan efek
yang baik tetapi pemberian bersama penghambat adrenergik lainnya yang
menghambat respon adrenergik alfa dan beta (misalnya metildopa,
klonidin, latalol, prazosin + beta bloker), sebaiknya dihindarkan
karena dapat menimbulkan hipotensi yang berat dan berkepanjangan.
Obat ACE inhibitor lebih efektif pada penderita yang lebih muda bila
digunakan sendiri. Obat ACEinhibitor ini terpilih untuk penderita
hipertensi dengan gagal jantng kongestif yang juga merupakan indikasi
obat ACE inhibitor.
Obat
ACE inhibitor oral dapat digunakan untuk hipertensi mendesak,
sedangkan Obat ACE inhibitor untuk intravena/injeksi (enalaprilat)
digunakan pada hipertensi darurat.
Untuk
pemilihan obat ACE inhibitor yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter spesialis jantung.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (
Hypertension)
adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas)
dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan
alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Nilai normal
tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat
aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam
aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah
menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila
seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat
membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan
kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung
seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya
kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit
hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan
jantung (Heart attack).
Penyakit
darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi,
diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :
Hipertensi Primary
Hipertensi
Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan
kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal
untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang
berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin
terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang
olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
Hipertensi Secondary
Hipertensi
secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat
badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced
hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis)
bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu
hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil
dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa
kehamilannya itu.
Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita
hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti
pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang
membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi
kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.
1. Penyebab Hipertensi
Penggunaan
obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa
obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara
terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman
yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi. Stop menjadi alcoholic!
2. Penanganan dan Pengobatan Hipertensi
a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
- Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang
yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam
mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan
untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi daging dan keju
- Hindari cemilan yang asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
- Kandungan Potasium/Kalium
Suplements
potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah,
Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran.
Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi
penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon,
buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya,
seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung
unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan
darah (hipertensi).
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;
-
Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}.
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan
tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam
cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.
-
Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat
yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses
memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh
darah.
- Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine),
Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang
biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui
proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah