Jumat, 01 Maret 2013

askep hipertensi



KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI


DOSEN: SAIFUDIN ZYUHRI.Skp,M.Kes.













 













DISUSUN OLEH :


KELOMPOK VI
DWI KURNIAWAN (281043)
AYU SARTIKA(281058)
ALVI MUSTIKA ROHMAH(281060)
ANIS SUSANTI(281061)
SETYA WIBOWO(281079)


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2009



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI


A.    HIPERTENSI

Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)

Klasifikasi Hipertensi:
Tingkat
Sistolik(mmHg)
Diastolik(mmHg)
1
140-159
90-99
2
160-179
100-109
3
180-209
110-119
4
>210
>210

B.   Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a)      Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na(natrium membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah meningkat), obesitas yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravaskular, merokok( nikotin dapat membuat pembuluh darah menyempit), stress emosi yang merangsang sistem saraf simpatis, konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma katekolamin.
b)      Hipertensi Sekunder
Area yang terganggu:
Ø  Ginjal :
§  Penyakit parenkim ginjal( glomerulonefritis gagal ginjal) mekanismenya: seringkali menyebabkan hipertensi dependen renin atau natrium. Perubahan fisiologis dipengaruhi oleh macamnya penyakit dan beratnya insufisiensi ginjal.
§  Penyakit renovaskular mekanisme: berkurangnya perfusi ginjal karena aterus seklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit, menyebabkan tahanan vaskular perifer meningkat.
Ø  Kelenjar Adrenal
§  Sindron cushing mekanisme : meningkatnya volume darah
§  Aldosteronisme primer mekanisme : menyebabkan retensi natrium dan air, yang membuat
      Volume darah meningkat.
§    Fenokromositoma mekanisme : sekresi yang berlebihan dari katekolamin ( norepinefrin membuat tahanan vaskuler perifer meningkat).
Ø  Koarktasi aorta mekanisme : menyebabkan tekanan darah meningkat pada ekstrimitas atas      
   Dan berkurangnya perfusi pada ekstrimitas bawah.
Ø  Trauma kepala atau tumor kranial mekanisme : meningkatnya tekanan intra kranial akan
      Mengakibatkan perfusi  serebral berkurang ; iskemia yang timbul akan merangsang pusat     
      Vasomotor medula untuk meningkatkan tekanan darah.
Ø  Hipertensi akibat kehamilan mekanisme : Penyebab belum diketahui. Ada teori bahwa
      Vasospasme umum bisa menjadi faktor penyebab.
                       
C.   Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung






















Pathway Hipertensi

 
Pathway Hipertensi
Kelebihan lume cairan
 
Kelebihan volume cairan
 

D.   Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
  • Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
  • Sakit kepala
  • Epistaksis
  • Pusing / migrain
  • Rasa berat ditengkuk
  • Sukar tidur
  • Mata berkunang kunang
  • Lemah dan lelah
  • Muka pucat
  • Suhu tubuh rendah

E.   Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laborat
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.


F.    Penatalaksanaan Terapeutik

o   Penatalaksanaan Non Farmakologis :
DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.

o   Penatalaksanaan Farmakologis :
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
Mempunyai efektivitas yang tinggi.        
Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
Tidak menimbulakn intoleransi.
Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

G.   Pengkajian
·         Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
·         Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
·         Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
·         Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
·         Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
·         Neurosensori
Genjala: Keluhan pening - pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epitaksis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
·         Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
·         Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (mengi), sianosis.
·         Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

H.  Diagnosa Keperawatan

  1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

  1. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

  1. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

  1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan  kurang respon terhadap informasi

  1. ketidakefektifan berhubungan dengan efek samping obat.

I.      Intervensi

v  Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
  • Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
  • Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
  • Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
  • Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
  • Catat edema umum.
  • Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
  • Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
  • Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
  • Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
  • Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
  • Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
  • Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
  • Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

v  Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
  • Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekuensi nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusing atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
  • Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
  • Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (ginakan  oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
  • Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
  • Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).

v  Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil :Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
  • Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
  • Batasi aktivitas.
  • Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
  • Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
  • Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.

v  Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil :Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
  • Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
  • Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
  • Amati adanya hipotensi mendadak.
  • Ukur masukan dan pengeluaran.
  • Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
  • Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

























J.      DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth.2002
 Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar