KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI
DOSEN: SAIFUDIN
ZYUHRI.Skp,M.Kes.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
DWI KURNIAWAN
(281043)
AYU
SARTIKA(281058)
ALVI MUSTIKA
ROHMAH(281060)
ANIS
SUSANTI(281061)
SETYA WIBOWO(281079)
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2009
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN HIPERTENSI
A. HIPERTENSI
Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan
abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120
mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih
dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Klasifikasi Hipertensi:
Tingkat
|
Sistolik(mmHg)
|
Diastolik(mmHg)
|
1
|
140-159
|
90-99
|
2
|
160-179
|
100-109
|
3
|
180-209
|
110-119
|
4
|
>210
|
>210
|
B.
Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak
mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
Genetik: Respon nerologi terhadap
stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
Obesitas: terkait dengan level
insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan and
arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a) Hipertensi
Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun
banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na(natrium
membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah meningkat), obesitas
yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravaskular, merokok( nikotin dapat
membuat pembuluh darah menyempit), stress emosi yang merangsang sistem saraf
simpatis, konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma katekolamin.
b) Hipertensi
Sekunder
Area yang terganggu:
Ø
Ginjal :
§ Penyakit
parenkim ginjal( glomerulonefritis gagal ginjal) mekanismenya: seringkali
menyebabkan hipertensi dependen renin atau natrium. Perubahan fisiologis
dipengaruhi oleh macamnya penyakit dan beratnya insufisiensi ginjal.
§ Penyakit
renovaskular mekanisme: berkurangnya perfusi ginjal karena aterus seklerosis
atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit, menyebabkan tahanan
vaskular perifer meningkat.
Ø
Kelenjar Adrenal
§
Sindron cushing mekanisme : meningkatnya volume
darah
§
Aldosteronisme primer mekanisme : menyebabkan
retensi natrium dan air, yang membuat
Volume darah meningkat.
§
Fenokromositoma mekanisme : sekresi yang
berlebihan dari katekolamin ( norepinefrin membuat tahanan vaskuler perifer
meningkat).
Ø
Koarktasi aorta mekanisme : menyebabkan tekanan
darah meningkat pada ekstrimitas atas
Dan berkurangnya perfusi pada ekstrimitas
bawah.
Ø
Trauma kepala atau tumor kranial mekanisme :
meningkatnya tekanan intra kranial akan
Mengakibatkan perfusi serebral berkurang ; iskemia yang timbul akan
merangsang pusat
Vasomotor medula untuk meningkatkan
tekanan darah.
Ø
Hipertensi akibat kehamilan mekanisme : Penyebab
belum diketahui. Ada teori bahwa
Vasospasme umum bisa menjadi faktor
penyebab.
C.
Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang
saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa
meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya
vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ organ seperti jantung
Pathway
Hipertensi
|
D.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien
dengan hipertensi adalah :
- Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
- Sakit kepala
- Epistaksis
- Pusing / migrain
- Rasa berat ditengkuk
- Sukar tidur
- Mata berkunang kunang
- Lemah dan lelah
- Muka pucat
- Suhu tubuh rendah
E.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborat
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan
informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein,
glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor
cerebral, encelopati
EKG : Dapat menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
IUP : mengidentifikasikan penyebab
hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
Photo dada : Menunjukan destruksi
kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
F.
Penatalaksanaan Terapeutik
o
Penatalaksanaan Non Farmakologis :
DietPembatasan atau pengurangan
konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
Aktivitas
Klien disarankan untuk
berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai
dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
o
Penatalaksanaan Farmakologis :
Secara garis besar terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu:
Mempunyai
efektivitas yang tinggi.
Mempunyai toksitas dan efek samping
yang ringan atau minimal.
Memungkinkan penggunaan obat secara
oral.
Tidak menimbulakn intoleransi.
Harga obat relative murah sehingga
terjangkau oleh klien.
Memungkinkan penggunaan jangka
panjang.
Golongan obat - obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
G. Pengkajian
·
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, takipnea.
·
Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler,
episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan
jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
·
Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan
kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : suasana hati, gelisah,
penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
·
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini
atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
·
Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang
mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau
obesitas, adanya edema, glikosuria.
·
Neurosensori
Genjala: Keluhan pening -
pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,sub oksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epitaksis).
Tanda: Status mental, perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan
genggaman tangan.
·
Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri
koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
·
Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari
aktivitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress
pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (mengi),
sianosis.
·
Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara
berjalan, hipotensi postural.
H. Diagnosa Keperawatan
- Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
- Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
- Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
- Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang respon terhadap informasi
- ketidakefektifan berhubungan dengan efek samping obat.
I.
Intervensi
v Diagnosa
Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat,
tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien
berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja
jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
- Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
- Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
- Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
- Catat edema umum.
- Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
- Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
- Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
- Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
- Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
- Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
- Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
- Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
v Diagnosa
Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien
terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
- Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekuensi nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusing atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
- Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
- Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (ginakan oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
- Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
v Diagnosa
Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri (
sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral
tidak meningkat.
Kriteria Hasil :Pasien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
- Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
- Batasi aktivitas.
- Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
- Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
- Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
v Diagnosa
keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi
jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil :Pasien
mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing,
nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
- Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
- Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
- Amati adanya hipotensi mendadak.
- Ukur masukan dan pengeluaran.
- Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
- Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
J. DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi
: Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi,
Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth.2002
Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis
Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar