Jumat, 01 Maret 2013

KTI appendiksitis



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Appendiksitis adalah perdangan pada appendiks vermiformis (Arif Muttaqin & Kumala Sari,2011 ).
Appendiktomi merupakan suatu intervensi bedah yang mempunyai tujuan bedah ablatif atau melakukan pengangkatan bagian tubuh yang mengalami masalah atau mempunyai penyakit (Arif Mutaqin & Kumala Sari,2009).
Pada penelitian di Amerika pada tahun 2007, dihasilkan data 4 dari 10000 anak usia dibawah 14 tahun menderita appendiksitis dan lebih dari 80.000 kasus appendiksitis terjadi di Amerika Serikat dalam setahun. WHO memperkirakan insidens apendiksitis di dunia tahun 2007 mecapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia (Juliansyah, 2008).
Keluhan yang sering muncul pada post appendiktomi adalah komunikasi verbal adanya nyeri yang dirasa, tingkah laku yang terlampau berhati-hati, penyimpangan tingkah laku, (merintih, menangis, gelisah), wajah menunjukkan rasa nyeri (mata suram, cemberut, membatasi gerakan).
 Komplikasi post appendiktomi adalah peritonitis, abses pelvis atau lumbal, abses subrenik (abses dibawah difragma), ileus (paralitik dan mekanisme) ( Smeletzer, 2002 ).
Sesuai misi dan keyakinan perawat untuk membantu klien untuk meredakan nyeri post operasi apendiks, perawat melakukan asuhan keperawatan supaya terpenuhi kebutuhan kenyamanan klien.
Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk membuat karya tulis dengan judul : “Asuhan keperawatan post appendiktomi fokus utama nyeri pada Ny.N (55 th) di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.”

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimanakah penyebab nyeri pada appendiksitis dan karakteristiknya?”

C.  Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan appendisitis      post operasi penulis dapat mengurangi nyeri post operasi pada klien apendiks
     2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui anamnesa ataupun pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan post operasi appendiksitis.
b. Menganalisa data dengan tepat pada pasien dengan post operasi appendiksitis.
c. Menyusun diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis.
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis khususnya nyeri.
e. Melaksanakan atau dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis berfokus pada nyeri.
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan post operasi appendiksitis berfokus pada nyeri.

D.    Manfaat penulis
1.      Bagi Penulis
a.       Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan post operasi    appendiksitis.
b.      Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan.
c.       Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan.
d.      Sebagai bekal penulis sebelum terjun di lapangan.
2.      Bagi institusi
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam menguasai asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis.
3.      Bagi Lahan Praktik
      Dapat menjadi masukan perawat untuk mengambil kebijakan dalam rangka peningkatan mutu keperawatan klien dengan post appendiktomi.

 
BAB II
LAPORAN KASUS

        Dalam bab ini penulis akan memberikan gambaran asuhan keperawatan post appendiktomi dengan fokus utama nyeri, yang meliputi identitas pasien, riwayat keperawatan, analisa data, rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan, implementasi, serta evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 4 sampai dengan 6 agustus 2011 di Ruang Cempaka 1 RSUD Sukoharjo. Dari pengkajian yang dilakukan  dengan  metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, serta pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut:
        Klien dengan nama Ny: N, umur : 55 tahun, jenis kelamin perempuan, agama : Islam, alamat : Bendosari, Sukoharjo, alasan masuk rumah sakit : pasien mengatakan perut kanan bawah terasa nyeri akibat post operasi appekdisitis, tanggal masuk : 30 juli 2011, ruang : cempaka 1, no. CM : 180231, diagnosa medis waktu pengkajian Post appendiktomy hari ke 1. Penanggung Jawab Ny.S, umur : 40 tahun, pekerjaan : swasta, agama : Islam, hubungan dengan pasien : adik , alamat : Bendosari, Sukoharjo.
4
 
        Keluhan utama yang didapatkan penulis waktu pengkajian adalah pasien mengatakan nyeri di tempat luka post operasi / insisi. Riwayat perawatan sekarang  pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak ± 2 hari yang lalu. Pasien mual dan kadang muntah. Pasien dirawat di RSUD Sukoharjo di Bangsal Cempaka 1 dengan terapi infus RL 20 tetes per menit.
        Dari pengkajian didapatkan Pola fungsional pasien Nutrisi dan metabolisme, selama sakit pasien makan 3 kali sehari, makan habis ¼ porsi, pasien mengatakan tidak nafsu makan karena merasakan nyeri di luka post appendiktomy. Pada pengkajian pola aktifitas dan latihan, selama sakit : pasien mengatakan aktivitas sebagian dibantu.
        Pada pemeriksaan Fisik di dapatkan data pasien tampak sakit sedang, tanda-tanda vital tekanan darah pasien 110/70 mmHg, suhu 36,6 0C, nadi 80 x/menit, respirasi rate pasien 22 x/menit. Kesadaran pasien composmentis. Pada pemeriksaan abdomen di dapatkan data : inspeksi terdapat jahitan luka post operasi tertutup kassa dan keadaan luka kering, panjang kurang lebih 3cm, luka bersih, tidak ada pus, pada auskultasi di dapatkan peristaltik usus pasien 12x/menit; pada pemeriksaan palpasi didapatkan tidak ada massa, pada tindakan perkusi  terdapat nyeri tekan pada daerah post operasi dengan skala nyeri 6. Program terapi tanggal 4 juli 2011, terapi infus RL 20 tetes per menit. Injeksi ketorolac 30 mg/12 jam,ceftriaxone 1 gr /12 jam. Laboratorium : creatinin (0,50mg/dl), leukosit (6,5 10³UL), eritrosit (5,01 10³/ml), hemoglobin (12,0 gr/dl), hematokrit (37,5 %), trombosit (320 10³/ml); Laporan anestesi : tanggal 4 agustus 2011, diagnosa pre dan post operasi : appendiksitis, macam operasi : Appendiktomy.
Pada tanggal 4 sampai dengan 6 agustus 2011 muncul diagnosa yaitu :
        Nyeri akut berhubungan dengan luka post appendiktomi yang ditandai dengan data subyektif  klien mengatakan nyeri perut kanan bawah akibat luka post op appendiktomi, data obyektif di dapatkan wajah meringis menahan nyeri diperutnya, skala nyeri: 6.
        Adapun tujuan yang diharapkan penulis setelah diberikan perawatan 3 x 24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang. Dengan kriteria hasil, data subyektif klien mengatakan nyeri berkurang, data obyektif wajah klien terlihat tenang, skala nyeri 3.
        Pada tanggal 4 agustus 2011 pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital, respon : keadaan umum baik, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi pasien 80x/menit, respirasi rate pasien 22x/menit, suhu badan 36,6 0C; memberi posisi semi fowler, respon pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan pasien semi fowler. Pukul 09.30 WIB mengkaji tingkat nyeri, respon pasien mengatakan nyeri dengan skala 6. Pada tanggal 5 agustus 2011 pukul 14.00 WIB memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital, respon pasien dengan keadaan umum pasien membaik, pemeriksaan tanda-tanda vital pasien didapatkan data tekanan darah pasien 100/70 mmHg, Nadi 85x/menit, Suhu 37,50 C, Respirasi rate pasien 20x/menit. Pukul 08.30 mengkaji skala nyeri, respon pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4. Jika nyeri pada pasien tidak berkurang bahkan meningkat, menandakan jika terdapat infeksi pada luka pasien. Pukul 09.30 membersihkan luka pasien, respon pada pemeriksaan luka pasien bersih dan kering. Pada tanggal 6 agustus 2011 pukul 21.30 WIB mengkaji skala nyeri, skala nyeri pasien 2, 23.00 WIB memberikan injeksi ketorolac 30mg/12 jam dan ceftriaxone 1gr/12 jam, luka kering, bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
        Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan evaluasi  data subyektif  pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi berkurang.data obyektif pasien tampak rilek, dengan skala nyeri 1-2. Analisa : masalah teratasi. Planning : intervensi dihentikan.




















 
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan mencoba membahas kesenjangan yang ada dalam teori dengan kasus nyata pada Ny. N dengan nyeri post appendiktomy hari ke 1 di bangsal CEMPAKA 1 RSUD Sukoharjo.
        Dalam pengkajian penulis menggunakan sebelas pola fungsional Gordon, karena mencakup semua kebutuhan dasar manusia. Pengkajian dilakukan secara sistematik melalui langkah-langkah pengumpulan data, pengelompokan dan analisa data, yang akhirnya akan menemukan masalah yang dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.
        Menurut teori seperti yang pernah penulis kutip pada bab 2, pada post appendiktomi terdapat tanda dan gejala pada pasien adalah komunikasi verbal adanya nyeri yang dirasa, tingkah laku yang terlampau berhati-hati,penyimpangan tingkah laku, (merintih, menangis, gelisah), wajah menunjukkan rasa nyeri (mata suram, cemberut, membatasi gerakan). Dari hasil pengkajian pada Ny. N ditemukan keluhan yaitu klien mengatakan nyeri perut kanan bawah akibat luka post appendiktomi, didapatkan wajah meringis menahan nyeri diperutnya, skala nyeri: 6.  Terdapat persamaan antara teori dengan keluhan pada Ny.N.
8
 
        Hasil dari analisa data yang telah ditemukan oleh penulis, penulis menentukan masalah keperawatan yang muncul adalah “ Nyeri akut berhubungan dengan luka post appendiktomi.”
        Adapun proses nyeri akut pada post appendiktomy penulis akan menguraikan sebagai berikut, nyeri post appendiktomy yang dirasakan oleh Ny. N termasuk nyeri somatik yang terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya rangsangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti di sayat / di tusuk-tusuk dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan jarinya secara tepat. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi, atau proses radang                       ( Sjamsuhidayat, 2012 ).
        Pada pasien ditemukan data-data pasien mengatakan nyeri, yang diakibatkan oleh adanya insisi bedah. Menurut teori pola ( pattern theory ), rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T.hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi , yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan nyeri. Persepsi ( Aziz, 2006 ).
        Pada diagnosa diatas penulis membuat tujuan untuk mengatasi nyeri dengan kerangka waktu 3 x 24 jam karena berdasarkan etiologi dari diagnosa di atas yaitu nyeri post operasi, terjadi karena dilakukan tindakan pembedahan. Kriteria hasil : nyeri berkurang / hilang, skala nyeri 3.
        Intervensi yang ditetapkan dalam diagnosa ini adalah a) kaji skala nyeri pasien. Rasionalnya kebutuhan keselamatan dan keamanan termasuk keselamatan fisik dan psikologis dan kebutuhan untuk mencegah komplikasi ( Joetta A. Venon, 2005 ). b) bantu pasien untuk relaksasi distraksi, pertahankan istirahat pasien dengan posisi semi fowler. Rasionalnya distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal seperti otot-otot pasien menjadi lebih kendor dan kenyamanan pasien dapat terpenuhi, posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. C) informasikan kepada keluarga pasien pentingnya mempertahankan istirahat posisi semi fowler, rasional keluarga supaya mengerti dan bisa membantu serta dapat meningkatkan kempuan anggota keluarga dalam area tertentu, memindahkan penghalang terhadap pelayanan kesehatan, dan melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan  oleh keluarga untuk diri mereka sendiri ( Joetta A. Vernon, 2005). d) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat, rasionalnya membantu meredakan nyeri.
        Dari hasil pengkajian, obat yang  di berikan, adalah ketorolac. Ketorolac mempunyai satu kelebihan, yaitu sebagai preparat anti-inflamasi non-steroid, obat ini dapat diberikan pada pasien prabedah untuk mengurangi nyeri tanpa menimbulkan sedasi ( yang akan mempengaruhi proses untuk mendapatkan persetujuan tindakan ) ataupun menutupi gejala setempat. Ketorolac merupakan kontra indikasi untuk pengobatan jangka panjang dan bagi pasien penyakit renal atau koagulopati. Penyuntikan ketorolac secara intravena akan menghasilkan pengurangan nyeri yang lebih efektif daripada pemberian per oral atau penyuntikan intramuskular ( Oman, Kathleen, 2008 ). Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur pembedahan. Durasi total ketorolac tidak boleh lebih dari 5 hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus. Efek samping ketorolac, efek samping ini terjadi pada uji klinis dengan ketorolac IM  20 dosis dalam 5 hari. Insiden antara 1 hingga 9% : saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea. Susunan saraf pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat. Ketorolac meredakan nyeri dengan memblok lintasan nyeri sehingga nyeri bisa berkurang    ( Arif Muttaqin, Kumala Sari, 2011 ).
        Dalam diagnosa ini intervensi yang telah penulis tetapkan dapat dilakukan semua berkat kerjasama yang baik dengan perawat ruangan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam evaluasi yang diperoleh adalah masalah dapat teratasi, yaitu ekspresi wajah pasien sudah lebih rileks karena nyeri berkurang. Didukung dengan data subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, data obyektif : pasien terlihat lebih tenang dengan skala nyeri pasien 3, sehingga intervensi dihentikan.
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada pasien post appendiktomy, dapat penulis buat kesimpulan yang terpenting dalam penanganan post appendiktomy adalah penanganan nyeri pada pasien. Karena nyeri yang tidak segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi pada pasien bahkan bisa berakibat pada kematian.

SARAN
Penulis memberikan saran untuk meningkatkan pelayanan keperawatan mengenai post appendiktomy sebagai berikut :
1.    Untuk pasien
Diharapkan oleh penulis mempunyai motivasi untuk lebih mandiri.
2.    Untuk keluarga
Diharapkan keluarga ikut terlibat aktif dalam proses penyembuhan pasien sehingga keluarga bisa merawat pasien saat dirumah.
3.    Untuk perawat
a.    Sebaiknya dalam ruangan tersedia media utnuk melakukan pendidikan kesehatan.
b.    Perlu lebih memperhatikan pendokumentasian dalam asuhan keperawatan.












 
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat.A.Aziz ( 2006 ). Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1. Salemba Medika. Jakarta

Smeltzer. ( 2002 ).Keperawatan Medikal - Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8. EGC. Jakarta
Mutaqin, arif & Sari, Kumala.(2011) Gangguan gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah .Jilid 1. Salemba Medika. Jakarta

Mutaqin, arif & Sari, Kumala. ( 2009 ). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jilid 1. Salemba Medika. Jakarta

Oman, Kathleen S. ( 2008 ).Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Edisi xii. EGC. Jakarta

Sjamsuhidajat, R. ( 2011 ).Buku Ajar Ilmu Beda.Edisi 3. EGC. Jakarta









 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar