BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Appendiksitis
adalah perdangan pada appendiks vermiformis (Arif Muttaqin & Kumala
Sari,2011 ).
Appendiktomi merupakan suatu
intervensi bedah yang mempunyai tujuan bedah ablatif atau melakukan
pengangkatan bagian tubuh yang mengalami masalah atau mempunyai penyakit (Arif
Mutaqin & Kumala Sari,2009).
Pada penelitian di Amerika pada tahun 2007, dihasilkan
data 4 dari 10000 anak usia dibawah 14 tahun menderita appendiksitis dan lebih
dari 80.000 kasus appendiksitis terjadi di Amerika Serikat dalam setahun. WHO
memperkirakan insidens apendiksitis di dunia tahun 2007 mecapai 7% dari
keseluruhan jumlah penduduk dunia (Juliansyah, 2008).
Keluhan yang sering muncul pada post appendiktomi
adalah komunikasi verbal adanya nyeri yang dirasa, tingkah
laku yang terlampau berhati-hati, penyimpangan tingkah laku, (merintih,
menangis, gelisah), wajah menunjukkan rasa nyeri (mata suram, cemberut,
membatasi gerakan).
Komplikasi post
appendiktomi adalah peritonitis, abses pelvis atau lumbal, abses subrenik
(abses dibawah difragma), ileus (paralitik dan mekanisme) ( Smeletzer, 2002 ).
Sesuai misi dan keyakinan perawat untuk membantu klien
untuk meredakan nyeri post operasi apendiks, perawat melakukan asuhan
keperawatan supaya terpenuhi kebutuhan kenyamanan klien.
Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik
untuk membuat karya tulis dengan judul : “Asuhan
keperawatan post appendiktomi fokus utama nyeri pada Ny.N (55 th) di Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo.”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang tersebut maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimanakah
penyebab nyeri pada appendiksitis dan karakteristiknya?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
1. Tujuan umum
Setelah
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan appendisitis post operasi penulis dapat mengurangi
nyeri post operasi pada klien apendiks
2. Tujuan Khusus
Setelah
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis
penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
baik melalui anamnesa ataupun pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan post operasi
appendiksitis.
b. Menganalisa data dengan tepat
pada pasien dengan post operasi appendiksitis.
c. Menyusun diagnosa keperawatan pada pasien dengan
post operasi appendiksitis.
d. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
post operasi appendiksitis khususnya nyeri.
e. Melaksanakan atau dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis berfokus pada nyeri.
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada pasien dengan post operasi appendiksitis berfokus pada nyeri.
D. Manfaat penulis
1.
Bagi Penulis
a.
Dapat mengerti dan menerapkan asuhan
keperawatan pasien dengan post operasi
appendiksitis.
b.
Menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam penerapan asuhan keperawatan.
c.
Meningkatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
d.
Sebagai bekal penulis sebelum terjun
di lapangan.
2.
Bagi institusi
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam
menguasai asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiksitis.
3.
Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi masukan perawat untuk mengambil kebijakan dalam rangka peningkatan
mutu keperawatan klien dengan post appendiktomi.
|
LAPORAN
KASUS
Dalam bab ini penulis akan memberikan
gambaran asuhan keperawatan post appendiktomi dengan fokus utama nyeri, yang
meliputi identitas pasien, riwayat keperawatan, analisa data, rencana tindakan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan, implementasi, serta
evaluasi setelah diberikan tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan ini
dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 4 sampai dengan 6 agustus 2011 di Ruang
Cempaka 1 RSUD Sukoharjo. Dari pengkajian yang dilakukan dengan
metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, serta pemeriksaan
fisik didapatkan data sebagai berikut:
Klien dengan nama Ny: N, umur : 55
tahun, jenis kelamin perempuan, agama : Islam, alamat : Bendosari, Sukoharjo,
alasan masuk rumah sakit : pasien mengatakan perut kanan bawah terasa nyeri
akibat post operasi appekdisitis, tanggal masuk : 30 juli 2011, ruang : cempaka
1, no. CM : 180231, diagnosa medis waktu pengkajian Post appendiktomy hari ke
1. Penanggung Jawab Ny.S, umur : 40 tahun, pekerjaan : swasta, agama : Islam,
hubungan dengan pasien : adik , alamat : Bendosari, Sukoharjo.
|
Dari pengkajian didapatkan Pola fungsional
pasien Nutrisi dan metabolisme, selama sakit pasien makan 3 kali sehari, makan
habis ¼ porsi, pasien mengatakan tidak nafsu makan karena merasakan nyeri di
luka post appendiktomy. Pada pengkajian pola aktifitas dan latihan, selama
sakit : pasien mengatakan aktivitas sebagian dibantu.
Pada pemeriksaan Fisik di dapatkan data
pasien tampak sakit sedang, tanda-tanda vital tekanan darah pasien 110/70 mmHg,
suhu 36,6 0C, nadi 80 x/menit, respirasi rate pasien 22 x/menit.
Kesadaran pasien composmentis. Pada pemeriksaan abdomen di dapatkan data :
inspeksi terdapat jahitan luka post operasi tertutup kassa dan keadaan luka
kering, panjang kurang lebih 3cm, luka bersih, tidak ada pus, pada auskultasi
di dapatkan peristaltik usus pasien 12x/menit; pada pemeriksaan palpasi
didapatkan tidak ada massa, pada tindakan perkusi terdapat nyeri tekan pada daerah post operasi
dengan skala nyeri 6. Program terapi tanggal 4 juli 2011, terapi infus RL 20
tetes per menit. Injeksi ketorolac 30 mg/12 jam,ceftriaxone 1 gr /12 jam.
Laboratorium : creatinin (0,50mg/dl), leukosit (6,5 10³UL), eritrosit (5,01
10³/ml), hemoglobin (12,0 gr/dl), hematokrit (37,5 %), trombosit (320 10³/ml);
Laporan anestesi : tanggal 4 agustus 2011, diagnosa pre dan post operasi : appendiksitis,
macam operasi : Appendiktomy.
Pada tanggal 4 sampai dengan 6
agustus 2011 muncul diagnosa yaitu :
Nyeri akut berhubungan dengan luka post
appendiktomi yang ditandai dengan data subyektif klien mengatakan nyeri perut kanan bawah
akibat luka post op appendiktomi, data obyektif di dapatkan wajah meringis
menahan nyeri diperutnya, skala nyeri: 6.
Adapun tujuan yang diharapkan penulis
setelah diberikan perawatan 3 x 24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang.
Dengan kriteria hasil, data subyektif klien mengatakan nyeri berkurang, data
obyektif wajah klien terlihat tenang, skala nyeri 3.
Pada tanggal 4 agustus 2011 pukul 08.00
WIB mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital, respon : keadaan umum baik,
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
pasien 80x/menit, respirasi rate pasien 22x/menit, suhu badan 36,6 0C;
memberi posisi semi fowler, respon pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan
pasien semi fowler. Pukul 09.30 WIB mengkaji tingkat nyeri, respon pasien
mengatakan nyeri dengan skala 6. Pada tanggal 5 agustus 2011 pukul 14.00 WIB
memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital, respon pasien dengan keadaan umum
pasien membaik, pemeriksaan tanda-tanda vital pasien didapatkan data tekanan
darah pasien 100/70 mmHg, Nadi 85x/menit, Suhu 37,50 C,
Respirasi rate pasien 20x/menit. Pukul 08.30 mengkaji skala nyeri, respon
pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4. Jika nyeri pada pasien tidak
berkurang bahkan meningkat, menandakan jika terdapat infeksi pada luka pasien. Pukul
09.30 membersihkan luka pasien, respon pada pemeriksaan luka pasien bersih dan
kering. Pada tanggal 6 agustus 2011 pukul 21.30 WIB mengkaji skala nyeri, skala
nyeri pasien 2, 23.00 WIB memberikan injeksi ketorolac 30mg/12 jam dan
ceftriaxone 1gr/12 jam, luka kering, bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
didapatkan evaluasi data subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka post
operasi berkurang.data obyektif pasien tampak rilek, dengan skala nyeri 1-2. Analisa
: masalah teratasi. Planning : intervensi dihentikan.
|
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis
akan mencoba membahas kesenjangan yang ada dalam teori dengan kasus nyata pada
Ny. N dengan nyeri post appendiktomy hari ke 1 di bangsal CEMPAKA 1 RSUD
Sukoharjo.
Dalam pengkajian penulis menggunakan
sebelas pola fungsional Gordon, karena mencakup semua kebutuhan dasar manusia.
Pengkajian dilakukan secara sistematik melalui langkah-langkah pengumpulan
data, pengelompokan dan analisa data, yang akhirnya akan menemukan masalah yang
dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.
Menurut teori seperti yang pernah
penulis kutip pada bab 2, pada post appendiktomi terdapat tanda dan gejala pada
pasien adalah komunikasi verbal adanya nyeri yang dirasa, tingkah laku yang
terlampau berhati-hati,penyimpangan tingkah laku, (merintih, menangis,
gelisah), wajah menunjukkan rasa nyeri (mata suram, cemberut, membatasi
gerakan). Dari hasil pengkajian pada Ny. N ditemukan keluhan yaitu klien
mengatakan nyeri perut kanan bawah akibat luka post appendiktomi, didapatkan
wajah meringis menahan nyeri diperutnya, skala nyeri: 6. Terdapat persamaan antara teori dengan
keluhan pada Ny.N.
|
Adapun proses nyeri akut pada post
appendiktomy penulis akan menguraikan sebagai berikut, nyeri post appendiktomy
yang dirasakan oleh Ny. N termasuk nyeri somatik yang terjadi karena rangsangan
pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya rangsangan pada
peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti di
sayat / di tusuk-tusuk dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan jarinya
secara tepat. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan,
rangsang kimiawi, atau proses radang ( Sjamsuhidayat, 2012 ).
Pada pasien ditemukan data-data pasien
mengatakan nyeri, yang diakibatkan oleh adanya insisi bedah. Menurut teori pola
( pattern theory ), rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T.hal ini mengakibatkan suatu
respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi , yaitu korteks serebri,
serta kontraksi menimbulkan nyeri. Persepsi ( Aziz, 2006 ).
Pada diagnosa diatas penulis membuat
tujuan untuk mengatasi nyeri dengan kerangka waktu 3 x 24 jam karena
berdasarkan etiologi dari diagnosa di atas yaitu nyeri post operasi, terjadi
karena dilakukan tindakan pembedahan. Kriteria hasil : nyeri berkurang /
hilang, skala nyeri 3.
Intervensi yang ditetapkan dalam
diagnosa ini adalah a) kaji skala nyeri pasien. Rasionalnya kebutuhan
keselamatan dan keamanan termasuk keselamatan fisik dan psikologis dan
kebutuhan untuk mencegah komplikasi ( Joetta A. Venon, 2005 ). b) bantu pasien
untuk relaksasi distraksi, pertahankan istirahat pasien dengan posisi semi
fowler. Rasionalnya distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus
internal seperti otot-otot pasien menjadi lebih kendor dan kenyamanan pasien
dapat terpenuhi, posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan pada insisi dan
organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. C) informasikan kepada keluarga
pasien pentingnya mempertahankan istirahat posisi semi fowler, rasional
keluarga supaya mengerti dan bisa membantu serta dapat meningkatkan kempuan
anggota keluarga dalam area tertentu, memindahkan penghalang terhadap pelayanan
kesehatan, dan melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga untuk diri mereka sendiri (
Joetta A. Vernon, 2005). d) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat,
rasionalnya membantu meredakan nyeri.
Dari hasil pengkajian, obat yang di berikan, adalah ketorolac. Ketorolac mempunyai satu kelebihan, yaitu
sebagai preparat anti-inflamasi non-steroid, obat ini dapat diberikan pada
pasien prabedah untuk mengurangi nyeri tanpa menimbulkan sedasi ( yang akan
mempengaruhi proses untuk mendapatkan persetujuan tindakan ) ataupun menutupi
gejala setempat. Ketorolac merupakan kontra indikasi untuk pengobatan jangka
panjang dan bagi pasien penyakit renal atau koagulopati. Penyuntikan ketorolac
secara intravena akan menghasilkan pengurangan nyeri yang lebih efektif daripada
pemberian per oral atau penyuntikan intramuskular ( Oman, Kathleen, 2008 ). Ketorolac
diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang
sampai berat setelah prosedur pembedahan. Durasi total ketorolac tidak boleh
lebih dari 5 hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan setelah
operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi
ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan
sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum
diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui
mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan
sirkulasi fetus. Efek samping ketorolac, efek samping ini terjadi pada uji
klinis dengan ketorolac IM 20 dosis
dalam 5 hari. Insiden antara 1 hingga 9% : saluran cerna : diare, dispepsia,
nyeri gastrointestinal, nausea. Susunan saraf pusat : sakit kepala, pusing,
mengantuk, berkeringat. Ketorolac meredakan nyeri dengan memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri bisa berkurang ( Arif
Muttaqin, Kumala Sari, 2011 ).
Dalam diagnosa ini intervensi yang
telah penulis tetapkan dapat dilakukan semua berkat kerjasama yang baik dengan
perawat ruangan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
evaluasi yang diperoleh adalah masalah dapat teratasi, yaitu ekspresi wajah
pasien sudah lebih rileks karena nyeri berkurang. Didukung dengan data
subyektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, data obyektif : pasien terlihat
lebih tenang dengan skala nyeri pasien 3, sehingga intervensi dihentikan.
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan
asuhan keperawatan langsung pada pasien post appendiktomy, dapat penulis buat kesimpulan yang terpenting dalam penanganan
post appendiktomy adalah penanganan nyeri pada pasien. Karena nyeri yang tidak
segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi pada pasien bahkan bisa
berakibat pada kematian.
SARAN
Penulis memberikan saran untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan mengenai post appendiktomy sebagai berikut :
1. Untuk
pasien
Diharapkan
oleh penulis mempunyai motivasi untuk lebih mandiri.
2. Untuk
keluarga
Diharapkan
keluarga ikut terlibat aktif dalam proses penyembuhan pasien sehingga keluarga
bisa merawat pasien saat dirumah.
3. Untuk
perawat
a. Sebaiknya
dalam ruangan tersedia media utnuk melakukan pendidikan kesehatan.
b. Perlu
lebih memperhatikan pendokumentasian dalam asuhan keperawatan.
|
Alimul
Hidayat.A.Aziz ( 2006 ). Kebutuhan Dasar
Manusia. Edisi 1. Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer. ( 2002 ).Keperawatan Medikal - Bedah Brunner
& Suddart. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Mutaqin,
arif & Sari, Kumala.(2011) Gangguan
gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah .Jilid 1.
Salemba Medika. Jakarta
Mutaqin,
arif & Sari, Kumala. ( 2009 ). Asuhan
Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jilid 1. Salemba
Medika. Jakarta
Oman,
Kathleen S. ( 2008 ).Panduan Belajar
Keperawatan Emergensi. Edisi
xii. EGC. Jakarta
Sjamsuhidajat, R. ( 2011 ).Buku Ajar Ilmu Beda.Edisi 3. EGC.
Jakarta
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar